Sabtu, 09 Juli 2011

KALA UJIAN DAN MUSIBAH MENYAPA

Hakekat Kesabaran
Sabar, secara bahasa berarti mencegah atau menahan. Menurut syariat, sabar berarti menahan jiwa dari rasa keluh kesah, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar-nampar pipi, merobek-robek pakaian atau pun ungkapan-ungkapan kesedihan lain.

Macam-Macam Kesabaran
Ditinjau dari obyeknya maka kesabaran itu terbagi menjadi tiga; Sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Alloh, sabar dalam meninggalkan larangan-larangan Alloh dan sabar terhadap musibah-musibah yang ditakdirkan oleh Alloh Ta’ala.
Ditinjau dari sisi lain, sabar dibagi menjadi dua; Sabar ikhtiyari (dapat memilih) dan sabar idhthiroori (tidak ada pilihan lain). Jenis sabar terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Alloh adalah termasuk pada jenis sabar ikhtiyari, karena pelakunya dapat memilih dan mengusahakannya. Sedang sabar terhadap musibah adalah termasuk jenis sabar idhthiroori, karena pelakunya tidak memiliki pilihan selainnya. Yakni ketika mendapatkan musibah maka tidak ada pilihan lain bagi dia kecuali harus bersabar. Apabila tidak bersabar, maka dia justru mendapat dua keugian, yakni musibah itu sendiri dan tidak mendapatkan pahala dengan musibah tersebut. Sabar jenis pertama lebih utama daripada jenis sabar yang kedua. Itulah sebabnya sabarnya nabi Yusuf terhadap godaan istri tuannnya itu lebih utama dari pada sabarnya beliau ketika dibuang ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya.

Hakekat Ujian dan Musibah
Dengan menyadari hakekat sebenarnya dari ujian dan musibah, maka kita diharapkan memiliki cara pandang yang benar tentang ujian dan musibah. Sehingga hal itu dapat mengantarkan pada keyakinan dan sikap yang benar.
  • Meyakini bahwa semuanya datang dari Alloh.
Alloh berfirman yang artinya, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh.” (Al Hadid: 22)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’.” (Al Baqoroh: 155-156)
Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya apabila umat ini seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak akan bisa memberi manfaat kecuali yang telah Alloh tetapkan untukmu. Dan apabila mereka berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu, maka niscaya mereka tidak akan mampu menimpakan kemudhorotan itu kecuali apa yang telah Alloh tetapkan untukmu.” (HR. Tirmidzi)
Dengan meyakini bahwa semua itu adalah dari Alloh Azza wa Jalla semata maka seorang mukmin akan mengembalikan semua urusannya kembali kepada Alloh, disertai keyakinan bahwa di dalamnya pasti terkandung hikmah dan pelajaran. Seorang mukmin tidak akan menjadi stres dengan adanya musibah yang menimpa dia.
  • Disebakan karena dosa dan kesalahan kita sendiri.
Alloh berfirman yang artinya, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al A’rof: 23)
“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. “ (Hud: 11)

  • Pelajaran atas banyaknya dosa dan maksiat yang kita lakukan.
Alloh berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat).” (Al ahqof: 27)
Ibnul Jauzi berkata, “Sebesar apa pun musibah yang datang menimpa, hal itu masih belum sebanding dengan dosa yang telah mereka kerjakan”.
  • Bukti kecintaan pada seorang hamba.
Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Bila Alloh suka kepada suatu kaum maka mereka akan diuji. Jika mereka ridho maka Alloh ridho dan bila dia marah maka Alloh pun akan marah padanya.” (HR. Tirmidzi)
  • 5. Menghapus sebagian dosa orang mukmin.
Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidaklah musibah yang menimpa seorang muslim melainkan Alloh akan menghapus dosanya, sekalipun musibah itu hanya tertusuk duri.” (HR. Bukhori)
“Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Alloh tanpa membawa dosa.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Sebagian salaf berkata, “Kalaulah bukan karena musibah yang menimpa pastilah kita memasuki negeri akhirat sebagai orang-orang yang pailit”.
  • 6. Ujian atas keimanan.
Alloh berfirman yang artinya, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al Baqoroh: 214)

Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Diantara orang-orang sebelum kalian, ada yang digalikan sebuah lubang untuknya. Ia dimasukkan ke dalamnya, didatangkan sebuah gergaji lalu diletakkan di atas kepalanya dan ia pun dibelah menjadi dua. Ada juga yang disisir dengan sisir besi sampai mengelupas kulit dan dagingya. Tetapi semua itu tidak menghalangi mereka dari din mereka…” (HR. Bukhori)
Masya Alloh…!!! Lalu bagaimana dengan kita? Maka sungguh betapa lemahnya keimanan kita.

Sumber : addakwah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar