Selasa, 12 April 2011

PROPOSAL HIDUP

Pernah membaca sebuah artikel dari “Inspirator SuksesMulia”, Jamil Azzaini. Isinya adalah mengenai "Proposal Hidup?” Salah satu isinya adalah sebuah pertanyaan : “Jika untuk melaksanakan sebuah kegiatan di kampus, biasanya kita akan membuat proposal, mengapa untuk hidup kita yang lebih panjang puluhan tahun seringkali kita tidak pernah membuat proposal?” Mengapa kita perlu membuat proposal kegiatan? Agar kita yakin bahwa kegiatan dapat berjalan dengan baik. Tidak berantakan. Pun dengan proposal kita bisa berbagi tentang rincian kegiatan dan mencari dukungan orang lain agar ikut serta menyukseskan kegiatan. Mendapatkan dukungan pemikiran, relasi, tenaga, dan dana. Namun, banyak diantara kita yang justeru serius terhadap kegiatan yang hanya berlangsung beberapa bulan dan abai terhadap hidup kita yang berlangsung puluhan tahun. Kita perlu membuat proposal hidup, blue print hidup. Mas Jamil menyebutnya MY TOBE. Mungkin kalau diterjemahkan “aku ingin menjadi”. Isi dari MY TOBE adalah penjabaran dari bintang terang/impian hidup/prestasi tertinggi yang ingin diraih. Berisi pula penjabaran tentang strategi, tahap-tahap dan aktivitas-aktivitas yang perlu kita lakukan agar to be terwujud. To be setiap orang tentu berbeda-beda. Sebagian orang mendapatkan kemudahan untuk dapat merumuskan to be hidupnya. Bahkan sejak usia anak-anak. Seperti kisah seorang anak Papua yang bercita-cita menjadi pilot karena sering melihat pesawat melintas di kampungnya. Begitu jernih dan kuatnya keyakinan atas to be, menggerakkannya merantau ke Pulau Jawa. Ia bersekolah sambil bekerja di suatu keluarga. Ia terus berjuang hingga titel pilot didapatkannya. Namun sebagian orang mengalami kesulitan atau memerlukan waktu lebih panjang untuk dapat menemukan to be dalam hidupnya. Bisa di umur 20, 30, atau bahkan pada saat pensiun baru mendapatkan to be nya. Lebih tragis lagi sebagian orang tidak mengetahui to be hidupnya hingga meninggalkan dunia ini. Lalu, bagaimana cara yang dapat membantu menemukan to be ? Menurut saya, ada beberapa kiat yang dapat membantu kita untuk merumuskan to be hidup. Pertama. Mulailah dari “gambaran akhir” atau tujuan hidup yang kita inginkan. Untuk membantu merumuskan tujuan akhir, jawablah pertanyaan : Sebagai apa kita ingin dikenal dan dikenang? To be tidak selalu hanya yang bernilai materi, tetapi juga yang bernilai sosial dan spiritual. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kadang kita dapat merujuk pada sosok orang sukses yang kita kagumi. Misalnya kita ingin menjadi penguasa dunia komputer seperti Bill Gates, memiliki usaha Franchise seperti waralaba McDonald, pengusaha agribisnis seperti Bob Sadino, pengusaha peternakan burung puyuh seperti Rahmat Pambudy, atau sebagai Social Entrepreneur seperti Muhammad Yunus. Kedua. Lakukan setiap aktivitas dengan kualitas yang terbaik. Kebiasaan selalu melakukan yang terbaik akan menjadi barometer jenis-jenis aktivitas yang paling sukses kita kerjakan. Semakin sukses kita di suatu bidang pekerjaan, bisa jadi pekerjaan itulah yang akan menuntun kita ke to be. Ketiga. Diantara pekerjaan-pekerjaan sukses yang kita kerjakan, nilailah manakah yang lebih kita cintai. Ciri pekerjaan yang kita cintai adalah apabila kita rela “berkorban lebih”. Misalnya karena pekerjaan itu kita bangun lebih pagi, tidur lebih malam, kadang lupa makan, rela membeli buku atau membayar pelatihan yang biayanya mahal hanya karena kita ingin lebih baik dalam urusan pekerjaan itu. Keempat. Menentukan to be kadang perlu pendapat orang lain untuk melakukan penilaian terhadap diri kita. Bisa orang tua, saudara, teman kuliah, dosen, teman kerja, atasan, bahkan staf kita. Minta pendapat mereka atas unjuk kerja kita selama ini versi mereka. Jika orang sudah menemukan to be, jalan hidupnya akan lebih terarah. Seperti permainan sepak bola. Indah bukan hanya karena kehebatan pemain dan permainannya. Namun yang lebih penting, sepak bola akan indah jika ada goal (gawang). Jika to be sudah disematkan, ikrarkan sebagai tekad, kuatkan menjadi keyakinan. Buatlah strategi dan tahapan pencapaiannya, target tahunnya, serta mungkin biaya atau pengorbanan yang diperlukan. To be akan menjadi bahan bakar aktivitas Anda! Bagilah dengan orang lain, orang tua, saudara, suami/istri, teman, guru-guru, dan jaringan-jaringan Anda agar mereka mendukung dan mendoakan Anda. Mereka adalah partner sukses Anda. Selamat memperjuangkan to be. Raih Sukses Anda!

Senin, 11 April 2011

KEKUATAN SABAR

Secara etimologis, sabar berarti menahan, seperti kata, “Qutila fulanun shobr”, artinya, “si Fulan terbunuh dalam keadaan ditahan”. Oleh karenanya, seseorang yang menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45). Menurut Ibnu Jarir, redaksi ayat itu memang memperingatkan BaniIsrael, namun yang dimaksud bukan mereka semata. Ayat ini mencakup mereka dan orang-orang selain mereka. Ibnul-Mubarak berkata dengan sanadnya dari Said bin Jubeir, “Sabar ialah pengakuan hamba kepada Allah atas apa yang menimpanya, mengharapkan ridha Allah semata dan pahala-Nya. Kadang-kadang seseorang bertahan dengan gigih dengan menguatkan diri, dan tidak terlihat dari dia kecuali kesabaran.” Dengan demikian, tidak ada orang yang bisa disebut sabar, jika sikapnya menolak atau mengelak berdiri bersama permasalahan yang tidak mengenakkan di hati. Orang yang sabar selalu memancarkan kehangatan bagi orang lain karena ia senantiasa pasrah pada Allah dalam kondisi apa pun. Jika ditimpa musibah, dia tidak akan larut atau meratapi musibah yang menimpanya. Sedangkan jika diberi kesenangan atau kenikmatan, dia tidak akan lupa diri dan kufur nikmat kepada Allah. Ali bin Abi Thalib mengumpamakan keutamaan sabar bagi keimanan seseorang itu bagaikan tubuh, dan sabar adalah kepalanya. la mengatakan, “Sabar bagi keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah keimanan.” (HR. Baihaqi). Walaupun secara sanad, atsar ini dinilai lemah, namun secara makna bisa diterima. Hal itu dikarenakan cakupan sabar yang demikian luas dalam Islam. la mencakup sikap seorang hamba dalam menghadapi berbagai perintah dan larangan serta berbagai keadaan yang dialami manusia di dalam kehidupan, di saat senang maupun susah. Al-Quran membahasakannya dengan istilah “sabar yang baik”,Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS. Al-Ma’aarij [70]: 5). Oleh karena itu, marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk senantiasa berlatih sabar. Yakni, dengan komitmen sebagai seorang hamba untuk selalu mengikuti apa yang dikehendaki oleh Allah SWT; selalu berjalan sesuai dengan perintah-Nya. Inilah yang disebut sabar ma’allah, tingkatan sabar yang paling tinggi dan paling sulit. Dan Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar (Al-Baqarah [2]: 153).

Minggu, 10 April 2011

Berenang di Air Laut Bisa Cegah Sinus Kambuh

img
Jakarta, Sinusitis merupakan suatu penyakit yang mudah kambuh sehingga bisa terjadi berkali-kali. Namun beberapa orang percaya bahwa hal ini bisa dikurangi dengan cara berenang di air laut. Benarkah cara tersebut?

Sinusitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada rongga sinus. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang alergi terhadap pencetusnya misalnya debu atau udara dingin.

Gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan flu biasa yang sering terjadi pada musim hujan seperti pilek, hidung tersumbat, berlendir, demam dan sakit kepala (biasanya saat bangun tidur), ingus berwarna kuning atau kehijauan, nafas bau, batuk berlendir, demam tinggi (di atas 39 derajat Celcius), sakit gigi dan kurang sensitif terhadap rasa dan bau.

Jika penderita sinus ingin berenang sebaiknya pilihlah renang di laut yang tidak mengandung klorin, karena jika berenang di kolam berklorin bisa menyebabkan iritasi mukosa dan rongga hidung, seperti dikutip dari sinuswars, Senin (21/3/2011).

Berenang di air laut dipercaya menjadi salah satu obat alami untuk infeksi sinus, hal ini berhubungan dengan kandungan garam yang ditemukan dalam air laut. Meski pun belum ada bukti yang cukup kuat untuk mendukung hal ini.

Ketika seseorang berenang maka air laut akan masuk ke dalam hidung akan kontak dengan mikroorganisme yang ada, air laut ini akan mengeluarkan cairan di dalam tubuh mikroorganisme melalui proses osmosis yang membuatnya mati dan mengurangi infeksi.

Selain itu ada juga teori yang menuturkan bahwa air laut mengandung garam yang bisa membilas rongga hidung sehingga membersihkan hidung mampet, mengurangi lendir berlebih dan mengurangi gejala yang berhubungan dengan sinusitis.

Saat mengalami reaksi alergi, tubuh tidak dapat mengenali zat yang sebenarnya aman. Zat tersebut dianggap sebagai penyebab alergi yang dapat memicu reaksi kimia berantai dalam tubuh yang dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti hidung tersumbat.

Selain menyebabkan hidung tersumbat, reaksi alergi kebanyakan menyebabkan komplikasi seperti sinus, bersin, pilek, hidung berair dan bahkan demam. Diduga garam laut ini dapat membersihkan dan melembabkan sinus yang diakibatkan oleh alergi.

Beberapa hal lainnya juga diketahui bisa mencegah kekambuhan sinus seperti mengobati alergi dan pilek dengan segera, menghindari polusi, berhenti melakukan kebiasaan merokok, mengurangi perjalanan melalui jalur udara, mengonsumsi banyak air putih, menjaga kebersihan, menghindari suhu ekstrem serta mengurangi stres.

Sumber : detikhealth.com

Jumat, 08 April 2011

Serie Enterpreneur : PEDAGANG BAKSO

…mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan duniaberlarilah tanpa lelahsampai engkau meraihnya….[lirik Laskar Pelangi ost Film Laskar Pelangi] Bagi entrepreneur barangkali sulit menjadi entrepreneur hebat jika tidak pernah memiliki mimpi. Lalu apa bedanya dengan orang-orang biasa yang juga memiliki mimpi….? Barangkali perbedaannya adalah upaya untuk menggapai mimpi. Orang-orang biasa barangkali cukup senang jika mimpinya bagus walaupun akhirnya sirna setelah dia bangun dari tidurnya. Akan tetapi bagi entrepreneur hebat, mimpi adalah inspirasi yang akan dia lakukan. Tak peduli mimpi dalam tidurnya baik ataupun menyeramkan. Dia tetap akan berupaya merubahnya menjadi semangat keberhasilannya dengan cara berusaha keras, berupaya maksimal, berikhtiar tanpa henti, dan berdoa kepada Allah SWT. Pernah suatu ketika saya berbincang dengan pedagang bakso, yang saat ini telah memiliki 3 gerai (warung bakso)yang tersebar di Bogor, Bekasi dan Jakarta. Salah satu gerainya memiliki 10 meja dengan kapasitas 10 orang untuk setiap mejanya. Dalam sehari tidak kurang membutuhkan bahan baku daging, tulang rawan, gajih (lemak) sekitar 100 kilogram. Untuk disajikan dalam ratusan mangkuk untuk para pelanggannya. Silakan dibayangkan sendiri berapa pendapatannya per hari jika per mangkuknya dihargai 6.000 rupiah…?Pendapat saya inilah salah satu pengusaha/entrepreneur sukses. Bapak itu malah menjawab…. “Belum…” Nah, barangkali dalam pembicaraan saya dengan pedagang bakso ini berbeda parameter atau sudut pandangnya. Oke, kenapa belum merasa sukses dengan keuntungan yang jauh lebih besar dibanding gaji PNS golongan IVA?Inilah awal perbincangan yang menarik antara saya dengan Bapak Pedagang Bakso, “Dulu awalnya, saya hanya pedagang bakso keliling yang tidak menggunakan gerobak, walaupun pingin banget pakai gerobak. Akhirnya keinginan untuk memiliki gerobak itulah yang membuat saya lebih semangat. Dengan usaha yang keras dan tidak lupa memohon kepada Allah, akhirnya saya berhasil membeli gerobak bekas milik kenalan saya yang kebetulan juga tukang bakso. Dia akan kembali ke kampungnya saja karena ada suatu sebab. Namun tantangan saya muncul begitu ganti gerobak…. Saya jadi tidak lincah lagi mengejar pembeli, terutama yang letaknya di gang-gang yang sempit. Wah, saya tidak boleh kurang akal. Maka begitu melihat ada tukang becak mangkal didekat gang tersebut saya tawari saja semangkuk bakso untuk menjaga gerobak saya. Sedangkan saya masuk-masuk gang hanya dengan membawa bambu belah (semacam bel khusus tukang bakso yang bunyinya … thek… thok… thek….thok) sambil berteriak so….bakso… Alhamdulillah dengan cara itu pelanggan saya bisa dilayani dengan lebih baik. Didalam perjalanan yang berliku dan penuh tantangan itulah saya mulai berani bermimpi…. Bermimpi untuk menjadi orang, walau perjuangan yang saya lakukan adalah berdagang bakso, minimal menjadi juragan bakso dan jika Allah menghendaki saya ingin menjadi pendekar bakso. Dan jawaban saya kenapa saya belum berhasil adalah membantu menyediakan lapangan kerja bagi sebanyak-banyaknya pemuda. Saya tidak pernah menyalahkan preman yang pernah “memalak” saya, lha wong dia lapar. Dari situlah saya berpikir, jika pemuda-pemuda memiliki pekerjaan yang lebih layak maka menjadi preman bukanlah pekerjaan yang dipilih. Saya mau menantang preman dengan berani memikul keranjang bakso saya atau mendorong gerobak bakso saya atau kalau merasa keberatan ya kerja di warung bakso saya… Hayo siapa berani dengan Pendekar Bakso…. Saya Pendekar Bakso ingin meraih mimpi….. Penulis : Jodi H. Iswanto - Dosen PEMF

Rabu, 06 April 2011

MENGISI HIDUP DI DUNIA

Jiwa kita (nafsu) telah mengarungi 3 fase kehidupan yang berbeda, yaitu fase kehidupan pada alam ruh, fase kehidupan di dalam rahim dan fase kehidupan dunia.

Setelah kehidupan di dunia berakhir, kita akan mengarungi beberapa fase kehidupan lagi, yaitu kehidupan di alam kubur, kehidupan di padang mahsyar, pada hari perhitungan (yaumul hisab) dan kehidupan terakhir (akhirat) yang kekal selama-lamanya.

Pada fase kehidupan di dunia ini jiwa manusia diwadahi oleh raga. Jiwa yang telah dilengkapi dengan aqal, hawa nafsu, naluri-naluri (ghoroo’iz), perasaan-perasaan (masyaa’ir) dan kecenderungan-kecenderungan (muyul), akan menggerakkan raga yang telah dilengkapi dengan indera. Manusia akan terdorong untuk beraktifitas karena ada tuntutan alamiah yang harus dipenuhinya yaitu kebutuhan raga (hajatun udlowiyah) dan kebutuhan naluri (ghorizah).

Raga membutuhkan makanan, minuman, pakaian, kendaraan, tempat tinggal dan sebagainya, sementara naluri membutuhkan penyaluran, pemuasan, pengakuan, penghargaan, perwujudan, dan sebagainya. Agar dalam upaya pemenuhan-pemenuhan tersebut tidak terjadi kekacauan, kekisruhan, pertentangan, perebutan, permusuhan dan sebagainya, maka Allah sang Pencipta manusia membuat seperangkat aturan yang adil dan bijaksana, sesuai dengan fitrah manusia, akan memuaskan akal dan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).

Karena kelengkapan seluruh komponen hidup di dunia itulah, Allah menuntut seluruh manusia agar hidup di dunia ini mengikuti aturan yang telah dibuat-Nya yaitu melaksanakan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larang-larangan-Nya. Manakala tuntutan-Nya dilaksanakan maka Allah akan memberi imbalan dengan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun pada kehidupan sesudahnya. Sebaliknya bagi para pembangkang terhadap tuntutan-Nya, maka Allah akan memberikan kehidupan susah, sempit, sedih, takut dan gelisah di dunia serta ancaman siksaan pada fase kehidupan sesudahnya.

Diantara fase kehidupan yang telah, sedang dan akan ditempuh oleh jiwa kita tersebut, maka fase kehidupan dunia adalah fase yang sangat menentukan dan paling penting, sebab kelengkapan yang telah Allah berikan pada kehidupan di dunia ini membawa konsekuensi bagi manusia. Padahal kita tahu bahwa fase kehidupan dunia ini adalah fase yang sangat singkat dibandingkan kehidupan sesudahnya.

Rasululloh menggambarkan waktu kehidupan di dunia ini seperti orang yang sedang dalam perjalanan jauh kemudian mampir sejenak untuk beristirahat di bawah pohon. Dan Rasululloh mengilustrasikan kenikmatan di dunia ini hanya ibarat setetes air di samudera yang luas, karena memang kenikmatan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan musafir yang sedang beristirahat sejenak.

Ketika jiwa berada dalam raga, maka Allah akan meminta pertanggung jawaban, tetapi manakala jiwa keluar dari raganya yaitu saat tidur, maka Allah tidak akan meminta pertanggung jawaban. Dan tidur adalah waktu di saat jiwa keluar dari raga, sebagimana firman Allah: Allah memegang jiwa-jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; lalu ditahanNya jiwa yang telah ditetapkan kematiannya dan dilepaskanNya yang lain sampai satu masa yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS. 39:42) .

Dan Rosulullah menyatakan bahwa akan diangkat pena dari orang yang tidur sampai dia bangun. Maka dari itu manusia yang memahami hakikat hidup di dunia dengan pemahaman yang jernih, dia akan memanfaatkan waktu terjaga dia dengan sebaik-baiknya. Dia akan habiskan waktu terjaga untuk melaksanakan yang wajib dan sunah, sehingga Allah memberikan kebahagiaan di dunia dan memasukan dirinya ke dalam orang-orang yang akan diberi kebahagian dalam fase kehidupan sesudahnya. Jadi hakikat hidup di dunia adalah waktu saat jiwa berada dalam raga. (sam)

Oleh : Samsudin A. FAqih, MSi.
Dosen Pesantren Entrepreneur Miftahul Falah (PEMF)

Minggu, 03 April 2011

HIDUP BERMAKNA

Sayyid Quthb mengemukakan pada bagian mukaddimah tafsir Fi Zhilalil Qur’an mengatakan: “Hidup di bawah naungan Al Qur ‘an adalah suatu nikmat. Nikmat yang tidak dimengerti kecuali oleh yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat harkat usia manusia, menjadikannya diberkahi, dan menyucikannya” Hidup di bawah naungan Al Qur’ an adalah hidup yang disinari ilmu dan iman. Hidup dengan ilmu dan iman akan memiliki dinamika kegiatan yang positif serta sangat indah dan nyaman dinikmati oleh pemiliknya atau pelakunya. Hidup yang dinamis, penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Hidup yang dijalani hamba Allah yang taat, beriman dan bertaqwa dilihat sangat indah dan nyaman oleh keluarga dan masyarakatnya, karena pada kesehariannya memancar dari dirinya akhlaqul karimah, sikap mulia dalam pergaulan serta perkataan dan nasehatnya yang santun, menyejukkan, menyenangkan dan marhamah (kasih sayang). Padahal mungkin hidup yang dilaluinya tidaklah seindah yang terlihat, karena tak seorangpun yang bebas dari ujian dan cobaan dalam hidupnya. DIUJI dan DICOBA Hidup ini terkadang pahit, getir, menyebalkan, menyakitkan, kejam, dan lain sebagainya Hidup seperti itu adalah hidup yang dijalani tanpa keimanan, ketaqwaan dan ilmu pengetahuan. Sudah menjadi ketentuan dari Yang Maha Pencipta, setiap kehidupan manusia akan mendapatkan ujian, cobaan, tantangan dan kesulitan. Dalam surat Al Baqarah ayat 155 s/d 157 Allah SWT mengingatkan agar cobaan hidup dihadapi dengan sabar dan bertawakkal serta yakin akan datang berita gembira, yaitu mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Allah SWT, berdasarkan petunjuk-petunjuk-Nya. Jangan tergoda akan godaan syetan yang berbisik dalam hati, seperti berbuat keji dan mungkar, atau berputus asa, sehingga bertindak atau melakukan perbuatan yang dimurkai Allah SWT. Dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT dengan sabar dan shalat, insya Allah petunjuk akan datang dan akan nyata jalan yang harus dilalui atau dilaksanakan. Yakinlah jalan keluar dari kesulitan itu akan datang dari Allah SWT. Tidak ada manusia yang tidak khilaf dan bersalah. Tidak ada kehidupan manusia yang bersih dari noda dan dosa. Dengan arif marilah datangkepada-Nya melalui sujud dan permohonan ampunan. Serahkanlah permasalahan hidup kepada-Nya secara total, dan lakukan dengan sabar dan tekun. Dengan ILMU dan IMAN Peran ilmu yang luas sangat dominan dalam memahami petunjuk Allah SWT. Ilmu akan menyinari hidup sehingga raudah kembali ke jalan Allah. Dengan Ilmu seseorang akan mampu melihat perbuatan yang baik dan buruk, yang merugikan atau yang menguntungkan, yang benar atau yang salah. Ada perbuatan yang menguntungkan seseorang atau kelompok, tetapi merugikan orang lain dan orang banyak. Hidup yang tidak dilandasi iman, cenderung menggunakan ilmu dan kemampuannya atas dasar nafsunya (mengikuti langkah syetan), melupakan fitrah hidup, bahwa jin dan manusia adalah untuk mengabdi kepada-Nya. Mari merenungkan sebuah hadits Nabi SAW yang menyatakan: “Sungguh menakjubkan keadaan mukmin itu. Allah tidak menetapkan suatu keputusan baginya, melainkan keputusan itu akan baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapat kesenangan dia akan bersyukur, maka yang demikian itu adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seseorang kecuali orang mukmin ” (HR. Bukhari & Muslim). Niat yang tulus dan keyakinan yang kuat untuk menghiasi hidup ini dengan langkah perbuatan dan kegiatan-kegiatan yang mengandung makna pengabdian kepada Allah SWT, menjadikan hidup seseorang itu indah dan perbuatarmya itu akan menghasilkan manfaat bagi lingkungan sekitamya. Dari dirinya akan terlihat, bahwa hidup ini adalah anugerah yang tidak ternilai, lebih dari segala yang dimilikinya seperti harta dan kekayaannya. Firman Allah SWT : “Kepunyaan Allah lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apayang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu….. ” (QS. Al Baqarah: 284) Keteladanan Abu Bakar Ash Shidiq Ada sebuah kisah yang menarik: Suatu ketika Nabi sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya. Beliaubertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini berpuasa?” AbuBakar ra menjawab: “Aku”.Kemudian beliau bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini mengiringi jenazah?” Abu Bakar menjawab: “Aku”.Tanya beliau kembali: “Siapakah yang hari memberi makan orang miskin?”. Jawab Abu Bakar: “Aku”.Tanya beliau kembali, “Siapakah di antara kalian yang hari ini membesuk orang sakit?” Jawab Abu Bakar, “Aku”. Lalu Nabi SAW bersabda: “Tidaklah amal-amal tersebut menyatu pada diri seseorang melainkan dia akan masuk surga” (Hani Saad Ghunaim, Hidup Bahagia, Mati masuk Surga, Solo, 2008, hl.xii). Semoga kita mampu mengisi hidup ini sebagaimana kisah Abu Bakar tersebut, dan terutama yang terpilih menjadi pemimpin, agar hidup semakin bermakna.