Sabtu, 12 Februari 2011

GAYA HIDUP

Kepribadian dan cara pandang seseorang sangat mempengaruhinya dalam berekspresi dan menghadapi kehidupan. Latar belakang, pendidikan, bimbingan keluarga serta lingkungan pergaulan juga ikut mempengaruhi aktualisasi diri. Aktualisasi diri tercermin dalam gaya hidup seseorang, yang berbeda satu dengan lainnya.

Aktualisasi diri memiliki beberapa motif antara lain : ingin dikenal, dihargai, ingin sama atau berbeda dengan yang lain, sebagai bukti solidaritas, dipuji dan lain-lain, sehingga aktualisasi sering kali berbeda dengan jati diri yang sesungguhnya. Malah kadang dipaksa serta menyengsarakan diri sendiri. Aktualisasi diri yang berlebihan, akhirnya akan sangat mengganggu kestabilan eknomi keluarga.

Sebenarnya orang lain akan tetap menghormati dan menghargai kita tanpa embel-embel apapun. Orang lain akan lebih menghargai seseorang karena pemikiran, perkataan dan tindakan orang tersebut. Percuma saja, orang mengendarai mobil mewah namun ugal-ugalan di jalan dan membuang tissue sembarangan. Pasti yang menyaksikan mobil tersebut sempat berpikir, yang naik mobil itu orang gila atau orang utan? Percuma saja, seorang wanita berpenampilan anggun dan berbusana mewah, cantik pula, tetapi saat berbicara hanya gosip dan menyakitkan hati orang lain.

Untuk mendapat penghargaan dari orang lain, sebebarnya kita cukup berperilaku sebagaimana manusia yang santun, beretaika serta menghargai dan menghormati orang lain. Tidak perlu kita menutupi kekurangan dengan segala perhiasan. Orang akan tahu kualitas diri dari apa yang kita keluarkan, berupa kerpataan dan tindakan. Kita cukup berpakaian rapi dan pantas, bergaul dengan baik serta mematuhi norma yang berlaku. Tingkatkan kemampuan diri secara terus-menerus dengan belajar dan membaca. Orang lain pasti akan tahu kualitas diri kita sebenarnya.

PENYAKIT HATI

Saya sering mendengar tentang para pengidap "penyakit hati". Tidak peduli di kawasan elit atau kumuh, mulai dari komplek perumahan sampai rumah petak kontrakan. "Penyakit hati" tidak lain dan tidak bukan adalah penyakit iri hati, gengsi serta tidak mau kalah dari orang lain. Rasa ingin menonjolkan diri dan memamerkan kemampuan masih sangat kental di antara kita. Padahal kemampuan itu biasanya semu karena tidak memakai kemampuan sendiri melainkan hanya memaksakan diri dengan segala cara.

Penyakit ini sebenarnya dapat dikategorikan sebagai wabah, karena begitu subur tumbuh walau sedang musim kemarau. Sayang, tidak pernah disebut oleh Pemerintah sebagai Epidemic - penyakit berbahaya nasional seperti flu burung. Sesungguhnya, penyakit ini sangat manusiawi dan sehat untuk memacu kita bekerja lebih bersemangat serta pantang lelah. Tapi syaratnya, jangan sampai keinginan yang timbul akibat penyakit ini kita penuhi.

Kekayaan sebenarnya bukan untuk ditunjukkan dalam bentuk harta benda seperti mobil, televisi, motor, kulkas dan alat-alat rumah tangga yang lain. Kekayaan semacam itu sudah ketinggalan zaman, karena nilai barang-barang akan terus menyusut hanya dalam tempo singkat.

Sekarang sudah banyak orang kampung yang sukses dan kaya, namun tidak kampungan. Jadi jangan sampai kita sebaliknya, orang kota yang kampungan dengan memamerkan seluruh kekayaan. Kini, kekayaan yang lebh berharga adalah dalam bentuk investasi: logam mulia, deposito, saham, reksa dana, polis asuransi, tanah, properti, SPBU, rumah makan dan lain sebagainya. Nilai mereka terus merambat naik seiring dengan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar