Minggu, 23 Mei 2010

SABAR MENGHADAPI COBAAN

Semoga Allah SWT, yang menguasai tubuh kita memberikan karunia kesehatan lahir dan batin yang dapat disyukuri. Sebab ada saatnya sehat yang tidak disyukuri mengantarkan orang kepada maksiat. Kalaupun Allah SWT memberikan ujian sakit, mudah-mudahan kita bisa menyikapinya dengan sabar. Sebab, adakalanya orang yang sakit menjadi hina karena ketidaksabarannya dan orang yang sehat menjadi hina karena ketidaksyukurannya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-Ashr [103]:1-3).
Dari ayat di atas dapat kita lihat bahwa kata-kata “sabar”, adalah kuncinya. Dalam ayat lain juga disebutkan tentang sabar seperti, “Yaa ayyuhal ladziina aamanusta’iinu bishshabri washshalaat, innallaaha ma’a shaabiriin”. (QS. Al-Baqarah [2] : 153). Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Begitu pentingnya kesabaran sehingga pahala orang yang sabar “bighayri hisaab”, lewat dari perhitungan Allah.
Dalam uraian berikut ini akan coba kita bahas kesabaran ketika kita menghadapi cobaan hidup baik ketika kita sedang ditimpa sakit ataupun cobaan lain seperti gempa yang melanda DIY dan Jateng.

BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH
Ada beberapa akhlak sabar yang sebenarnya bisa dilatih saat kita sakit atau ditimpa cobaan. Yang pertama, kita harus sabar dan berprasangka baik kepada Allah. Dengan begini kita akan menyadari bahwa tubuh ini sebenarnya milik Allah bukan milik kita. Sedikitpun kita tak punya kuasa pada tubuh ini.
Saudara-saudaraku sekalian, kita tentu sadar kalau tubuh ini bukan milik kita tetapi milik Allah, sehingga kekuasaan-Nya tak akan bisa dicegah oleh makhluk. Meski dokter-dokter diturunkan untuk menolong kita, tanpa kehendak-Nya, sakit yang kita alami tak akan sembuh-sembuh, betapapun gagahnya tubuh kita.
Namun, “Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha…” (QS.Al-Baqarah [2]:286), Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupan-nya. Sakit yang menimpa tubuh kita sudah pasti telah diukur oleh Allah – takkan overdosis. Sesakit apapun derita yang kita alami pasti sudah diukur. Bahkan sampai yang “luar biasa” pun telah diukur oleh Allah. Tidak mungkin Allah memberikan kepada kita sesuatu yang tidak sanggup kita pikul. Karena yang menciptakan syaraf sakit juga Allah Yang Maha Kuasa.
Maka, yakinilah selalu bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakikatnya sudah diukur oleh Allah. Karena itu, biasakanlah untuk selalu mengucapkan “Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun”, saya adalah milik Allah, Allah sangat mampu berbuat apa saja kepada diri ini. Karena, kalau saja tenggorokan ini milik kita, maka kita akan melarangnya untuk terbatuk-batuk. Kenyataannya, tetap saja tubuh ini milik Allah yang tidak bisa kita atur seenaknya.

COBAAN ADALAH SUNATULLAH SEMENJAK DAHULU
Sesungguhnya penyakit dan hal-hal yang tidak berkenan di hati, bahkan kesenangan dan kegembiraan itu merupakan sunatullah yang telah ditetapkan menurut hikmah-Nya, sebagai cobaan dan ujian.
Cobaan dan ujian bisa berupa kemiskinan, penyakit, ketakutan, kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan, begitu pula harta yang melimpah, banyak anak, kesehatan, kesenangan dan kegembiraan juga merupakan cobaan dan ujian.
Manusia akan diuji dalam segala sesuatu, dalam hal-hal yang disenangi dan disukainya, maupun dalam hal-hal yang dibenci dan tidak disukainya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Anbiya : 35 yang artinya :
“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan, hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan”.
Dari uraian di atas kita tahu bahwa berbagai penyakit itu merupakan bagian dari cobaan-cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Jadi, cobaan merupakan sunatullah yang telah ditetapkan berdasarkan ramat dan hikmah-Nya. Di dalamnya terkandung hikmah yang amat besar, yang tidak mungkin bisa dinalar akal manusia.
Maka dari itu, “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah SWT yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tak kurang dari ribuan hikmah yang bisa kita saripatikan. Namun akal kita amat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika disandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lentera yang sia-sia di bawah sinar matahari”.

HIKMAH DARI COBAAN
Banyak hikmah yang sebenarnya bisa kita raup ketika kita sedang ditimpa cobaan sakit. Ambil contoh kecil, ketika kita sariawan. Bibir memang terasa tak enak, makanpun jadi tak enak. Tapi bandingkanlah sakit kita dengan mereka yang lebih sulit lagi dari sariawan yang lebih parah lagi sakitnya. Maka dari sini kita bisa menilai bahwa masih ada lagi orang yang lebih parah sakitnya dari pada yang kita rasakan.
Bersabar dalam menafakuri hikmah sakit dapat pula berarti sabar menjalani proses sakit yang kita alami. Salah satu hikmah sakit ialah gugurnya dosa bagaikan gugurnya daun-daun pepohonan. Dengan begitu, salah satu hikmah sakit yang bisa kita reguk ialah kesempatan kita untuk bermuhasabah, mengintrospeksi diri, terutama terhadap sejumlah kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.
Berikut ini akan disampaikan mengenai Hikmah dan Faidah Keberadaan Penyakit, diantaranya :
1.Sabar sebagai Konsekuensi Menghadapi Kesusahan
Allah menciptakan makhluk-Nya untuk memberikan ujian dan cobaan, lalu menuntut konsekuensi kesenangan, yaitu syukur dan konsekuensi kesusahan yaitu sabar. Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika Allah membalik berbagai keadaan manusia, sehingga peribadatan manusia kepada Allah menjadi jelas.
2. Ampunan bagi Dosa dan Kesalahan
Penyakit merupakan sebab pengampunan bagi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan atau dengan anggota tubuh kita. Walau kadang-kadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari suatu dosa yang pernah dilakukan seseorang. Sebagaimana Firman-Nya : “Dan, apa saja musibah yang menimpa kalian, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (Asy-Syura : 30).
3.Berbagai Kebaikan ditulis dan derajat ditinggikan
Jika kita bersabar dalam menghadapinya, maka kita diberi pahala, dengan dituliskan berbagai kebaikan bagi kita dan ditinggikan derajatnya.
4.Pembuka jalan ke Surga
Surga tidak bisa diperoleh kecuali dengan sesuatu yang tidak disukai jiwa manusia. Musibah, penyakit dan kesedihan merupakan sebab yang bisa menghantarkan ke surga. Semoga Allah memasukkan kita semua ke dalam surga dengan rahmat-Nya. Amin.
5.Keselamatan dari Api Neraka
“Bergembiralah, karena Allah berfirman, “Inilah neraka-Ku. Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang mukmin di dunia, agar dia jauh dari neraka pada hari akhirat”. (Ditakhrij Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
6.Mengembalikan hamba kepada Rabbnya dan mengingatkan kelalaiannya
Diantara faedah penyakit dan musibah-musibah yang lain ialah mengembalikan hamba yang tadinya lari dari Rabb-nya, mau kembali lagi kepada-Nya serta mengingat kepada Pelindungnya, setelah dia melalaikannya.
7.Mengingatkan Nikmat Allah Yang Lalu dan Yang Ada
Banyak nikmat yang kita lalaikan tatkala kita dalam keadaan sehat. Sebab kita tenggelam dalam kesenangan karena keberadaan nikmat itu, maka bencana yang menimpa bisa mengingatkan kita terhadap nikmat yang melimpah disekitar kita.
8.Mengingatkan Keadaan Saudara-saudara Yang Sedang Sakit
Allah menimpakan cobaan berupa penyakit atau penderitaan kepada orang Mukmin pada waktu-waktu tertentu, agar kita mengingat saudara-sudara kita yang sedang sakit, yang selama itu kita lalaikan tatkala kita dalam keadaan sehat. Sehingga dengan begitu dia merasa terketuk untuk memenuhi haknya, seperti mengunjunginya, membantu keperluannya, dan lain-lain.
9.Mensucikan Hati dari Berbagai Penyakit
Keadaan yang sehat bisa mengundang seseorang untuk bersikap sombong, bangga dan taajub kepada diri sendiri, sebab dalam keadaan seperti itu dia bebas berbuat apa saja dan beraktivitas dengan hati yang tenang. Namun jika penyakit sudah mengungkungnya dan penderitaan merundung dirinya, maka jiwanya bisa menjadi lunak, hatinya lembut, sifat-sifat kurang baik seperti sombong, takabur, dengki dan membanggakan diri bisa hilang darinya, lalu akhirnya dia tunduk dan pasrah kepada Allah serta tekun beribadah kepada-Nya.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar