Kamis, 20 Januari 2011

SAKITKU IBADAHKU

Tidak selamanya hidup kita berjalan lempeng, pada suatu sat, disela-sela kebahagiaan akan hadir musibah yang berwujud sakit.

Seperti ketetapan lain, ada beragam makna dibalik musibah yang mendera diri kita. Ada kesempatan bagi setiap orang untuk memahami sebagai apa musibah itu datang. Mungkin saja musibah itu sebagai ampunan.

Seorang Musli tak jarang bertanya, mengapa dia dihantam hal tak menyenangkan itu meski selama ini tekun menunaikan ibadah dengan segenap hatinya. Namun, Allah SWT berkata lain. Ia menurunkan musibah sebagai cara menghapus segala dosa dan kesalahan Muslim itu.

Sebaliknya, musibah itu merupakan balasan atas dosa yang diperbuat seorang Muslim atau umat. Misalnya, karena berlaku maksiat dan berbuat kejahatan dengan merampas hak-hak orang lain. Maka, setiap diri mesti berintrospeksi atas apa yang dihadapinya sehingga menuntunnya menata diri lebih baik.

Di dalam keadaan sakitpun, salah satu bentuk musibah, ada kesempatan terhampar untuk melakukan penyadaran diri dan juga tentunya mendekatkan diri kepada Allah. Ada pilihan sikap atas keadaan yang ada. Apalagi ada beberapa kemungkinan muncul terkait sakit ini.

Apapun yang bakal dihadapi pada akhirnya, seorang yang sakit dapat mendulang pahala selama sakitnya itu jika dia tetap mendekatkan diri kepada Allah. Ia berdoa, berserah diri dan menjalankan ibadah lainnya. Shalat, misalnya, dapat tetap dijalankan oleh seorang yang sakit walaupun tak dilakukan seperti orang yang sehat, yaitu dengan berdiri.

Shalat dapat terlaksana dengan duduk sambil bersandar ataupun berbaring. Bahkan dalam keadaan bagaimanapun shalat semestinya tetap dilakanakan karena merupakan tiang agama dan penghubung antara Allah dan hamba-Nya serta dzikir terus digumamkan sehingga dalam keadaan sakit pun bernilai ibadah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar